Jumat, 25 November 2016

Keberpihakan Kristen


Mengasihi sesama manusia tentu itu ada di setiap ajaran agama. Dalam ajaran kristen, perintah itu merupakan perintah utama yang merupakan inti dari hukum taurat. “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu... kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kata Yesus untuk menjawab pertanyaan ahli Taurat mengenai perintah yang paling utama.

Perintah mengasihi sesama manusia ini sendiri telah diteladani Yesus melalui kehidupannya. Yesus mengasihi terutama bagi mereka yang berdosa, miskin dan terpinggirkan. Yesus mengasihi mereka yang berbeda agama dan suku yang seringkali menjadi tembok pemisah sosial di dalam masyarakat. Yesus mengasihi tanpa memandang SARA.

Ajaran kasih itu pula hadir di setiap tulisan pastoral Paulus kepada jemaat-jemaat yang tersebar di berbagai tempat. Namun yang menariknya ada kalimat di salah satu surat Paulus mengenai perbuatan baik terhadap semua orang tetapi diutamakan kepada kawan-kawan yang seiman (Gal. 6:10).

Di dalam tradisi teologi kristen ada yang mengajarkan untuk mengutamakan mereka yang miskin dan terpinggirkan untuk menyalurkan kasih. Teologi ini biasanya lahir di tengah konteks ketidakadilan sosial yang sebagian besar ada di dunia ketiga ataupun bagian Selatan. Teolog-teolog dan pemuka agama menyuarakan suara mereka yang tidak didengar untuk memperjuangkan keadilan layaknya para nabi. Kritik profetis ditujukan kepada mereka yang berkuasa dan yang melanggengkan penindasan.

Kegaduhan politik

Di tengah kegaduhan politik di Jakarta menjelang pemilihan gubernur, kegaduhan semakin menguat ketika Ahok terlibat kasus penistaan agama apalagi ia telah ditetapkan sebagai tersangka. Berbagai respon masyarakat bermunculan, entah itu yang mendukung ataupun bersimpati kepada Ahok hingga yang ingin secepatnya memenjarakan Ahok.

Kegaduhan politik di Jakarta ini meredam berbagai suara-suara lain yang terjadi di Indonesia. Kasus mengenai penangkapan para aktivis di Papua dan para petani yang dirampas tanahnya oleh negara kalah seksi dibandingkan kasus Ahok. Padahal mereka inilah mewakili suara-suara yang ditindas dan terpinggirkan.

Identitas Ahok yang beragama kristen memang seringkali menjadi pijakan keberpihakan orang-orang kristen. Hal ini tampak dari dukungannya di media sosial yang menyandingkannya dengan Yusuf bahkan Yesus sendiri. Ahok dianggap orang benar yang mengalami derita karena imannya. Apalagi dengan ajaran Paulus untuk mengutamakan orang-orang beriman, semakin kuatlah pegangan orang kristen untuk mengutamakan Ahok.

Mengenai iman

Iman diberikan Allah kepada manusia itu merupakan anugrah Allah bukan karena perbuatan manusia. Sebagian besar tradisi teologi kristen tentunya meyakini ini. Namun, iman itu sendiri tidak berwujud materi, manusia yang dianugrahkan Allah iman hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Di dalam pengetahuan Allah yang kekal, 

Allah telah mengenal dan mengetahui umat pilihanNya di segala tempat dan di sepanjang zaman, tetapi bagi manusia itu merupakan misteri.
Manusia dapat salah menilai terhadap iman orang lain. Orang yang dulunya rajin ibadah, rutin mengikuti kegiatan agama, namun ternyata dapat meninggalkan imanya, seperti kisah Himeneus dan Filetus dalam surat Paulus kepada Timotius.

Penilaian yang salah terhadap orang lainpun mungkin terhadap diri sendiri. Perasaan, pikiran dan kehendak manusia sudah tercemar oleh dosa dan rentan akan salah. Yesus pernah memberikan perumpamaan mengenai hari terakhir, mereka yang tidak masuk dalam sorga terkejut ketika di penghakiman terakhir karena mereka telah bernubuat, mengusir setan hingga melakukan banyak mujizat demi Tuhan tetapi tetap ditolak (Mat. 7:22).

Iman tidak hanya di terwujud melalui kata namun juga melalui perbuatan. noticia (pengertian/pengetahuan), asensus (persetujuan) dan fiducia (ketaatan kepada kebenaran) tidak bisa terpisah untuk menggambarkan pengertian iman. Iman tanpa perbuatan pada dasarnya mati seperti dituliskan dalam surat Yakobus.

Iman dinyatakan melalui perbuatan telah diajarkan oleh Yesus melalui keberpihakannya kepada orang miskin, terpinggirkan dan tertindas. Ketika Yesus ditanya oleh ahli Taurat tentang siapakah sesama manusia, Yesus menceritakan kisah orang Samaria yang murah hati. 

Orang Samaria di zaman itu menyimbolkan orang yang terpinggirkan dan tertindas dalam konteks agama, sosial, politik. Sesama manusia justru ditujukan kepada orang Samaria, bukan orang lewi ataupun imam yang digambarkan Yesus tidak peduli terhadap penderitaan sesama manusia.

Beriman tidak hanya melalui kata namun juga perbuatan. Perlawanan teman-teman di Papua terhadap berbagai pelanggaran HAM, perlawanan para petani terhadap perampasan tanah di desa Sukamulya merupakan wujud peminggiran dan penindasan yang terjadi sekarang ini. Perlawanan mereka bukti tindakan yang sesuai dengan hukum moral Allah. Allah membenci penindasan dan peminggiran yang merupakan antetesis dari mengasihi sesama manusia.


Penilaian iman yang benar setidaknya telah ada dalam perlawanan teman-teman Papua dan para petani di Sukamulya. Mereka dapat mewakili ‘kawan-kawan beriman’ yang diistilahkan Paulus yang perlu diutamakan seperti ajaran Yesus. Hingar bingar politik Jakarta yang menguat setelah kasus Ahok setidaknya tidak membuat orang kristenpun hanya jatuh pada keberpihakan identitas namun lupa dengan mereka yang terpinggirkan dan tertindas. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post Via Labels

Instagram Photo Gallery