Kamis, 10 November 2016

411

Tidak lama setelah demo yang mengatasnamakan Islam 4 November lalu berselang, terdengar lagi isu demo susulan yang akan dilakukan. Demo susulan tersebut awalnya saya dengar dari WA group, tidak hanya itu, isunya juga demo ditunggangi kelompok tertentu yang akan melakukan aksi bom bunuh diri. Selang berapa lama setelah info dari WA kemudian saya juga membaca status teman di FB bahwa sekolah tempat dia mengajar mendapatkan ancaman bom.

Berawal dari kasus Ahok yang dianggap menista agama kemudian demo akbar di Jakarta  hingga isu-isu belum jelas mengenai bom tentunya meresahkan. Rakyat resah dengan pernyataan Ahok sehingga memicu gerakan massa dari berbagai daerah melakukan demonstrasi, adapula rakyat yang resah karena diakhir demo ada kerusuhan hingga rakyat resah karena ancaman bom. 

Mengenai Ahok, kubu Islam sendiri terlihat terbelah menanggapi isu ini. Ada yang menganggap Ahok penista agama ada pula yang tidak. FPI adalah salah satu ormas yang menghujat keras Ahok. Media sosial juga menjadi penggerak kemarahan massa dengan status-status yang menjelaskan kesalahan Ahok.

isu mengenai agama, etnis dan rasis memang sangat cepat menjadi bahan bakar massa untuk melakukakan pergerakan. Kita dapat belajar dari kasus Ambon, Poso, Sampang, Sampit hingga Jakarta. Rakyat kemudian menjadi korban akibat isu tersebut sehingga terjadi konflik horizontal hingga dapat mengorbankan nyawa.

Isu SARA, melalui sentimen etnik dan agama merupakan sumbu pemicu ledakan bom konflik di Indonesia. Namun, menurut Prof. Tamrin, yang pernah di siram teh ketika diskusi oleh Munarman dan disiarkan langsung tvO**, isu SARA hanyalah tampilan luar dari konflik. Ibarat sebuah bom rumah, selain sumbu, bom tersebut juga memiliki lapisan luar dan amunisi di dalamnya.

Lapisan luar sebuah bom yang menjadi fasilitator konflik dimulai dari konteks lokal, nasional dan Internasional. Konflik dapat terjadi dapat terlihat dari beberapa indikator dari konteks lokal. Indikator tersebut antara lain maukah kita bertetangga, bersekolah, bekerja, berorganisasi hingga yang tertinggi menikah dengan orang yang berbeda SARA. Dalam konteks Nasional dapat terlihat dari “penyekatan” SARA dalam lingkungan pemerintahan dan juga konteks internasional yang menopang aksi konflik.

Amunisi merupakan akar dari konflik. Akar tersebut adalah struktur ekonomi-politik. Ketimpangan ekonomi-politik, ketidakadilan, menjadi amunisi yang ampuh untuk meledakkan konflik. Sumbu yang tampak melalui perbedaan etnik dan agama merupakan tampilan luar yang di isi oleh ketidakadilan untuk memicu ledakan konflik.

Jika lapisan luar, amunisi dan sumbu telah selesai dibuat maka yang terakhir beraksi untuk meledakkan bom adalah pemantik. Provokator, dalam hal ini diibaratkan dengan pemantik. Jika pemantik telah dinyakan maka meledaklah bom tersebut.

Prof. Tamrin menghasilkan teori ini setelah melakukan penelitian di Halmahera dan Ambon. Menurutnya kombinasi beberapa faktor tersebutlah yang memicu konflik. Dan faktor-faktor tersebut dapat diterapkan di berbagai konflik di Indonesia.

Konflik yang diwarnai isu SARA ini rentan menjadi konflik horizontal, sesama rakyat. Tidak heran setelah kasus Ahok maka ada isu yang menyerang kaum minoritas. Kemanusiaan digilas atau viktimisasi istilah Paul Knitter, tidak hanya mereka yang diserang namun yang menyerang, tidak hanya yang ditindas tetapi juga yang menindas.

Berbagai kasus tersebut justru berdampak bagi penderitaan rakyat. Namun tentunya dengan konflik horizontal antar sesama kita menjadi lupa untuk melawan musuh rakyat yang lebih besar, yakni ketidakadilan struktural yang menjadi amunisi ledakan konflik.

Ketidakadilan struktural ekonomi-politik hanya bisa dilawan dengan cara rakyat bersatu bukan terpecah belah. Jika teori Adam Smith benar, maka ada tangan yang tak tampak (invisible hand) yang justru mengambil keuntungan dari kondisi ini. Tangan tak tampak yang bersifat demonis. atau pula mungkin praktik devide et impera ala Belanda semakin disempurnakan justru sekarang ini.



       

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post Via Labels

Instagram Photo Gallery