Dalam kekristenan, para pendeta, penginjil, guru Injil, dsb
biasanya pekerjaannya disebut sebagai pelayanan. Disebut pelayanan karena
mereka ditugaskan bukanlah sebagai tuan tetapi hamba. Allah adalah pemilik,
sehingga sering juga disebut hamba Tuhan.
Status hamba yang tidak memiliki hak apapun bahkan atas
nyawanya sendiri mengakibatkan pelayanan yang dikerjakan butuh pengorbanan.
Pengorbanan waktu, tenaga bahkan dana tidak terabaikan.
Dalam sejarah menceritakan banyak pula orang-orang secara
militan melakukan tugas pelayanan. Tugas pelayanan melalui penginjilan dan aksi
sosial tidak jarang mengorbankan nyawa para pelayan.
Pengorbanan adalah nilai yang dijunjung tinggi sebagai dalam
pelayanan. Atas dasar pelayananpun organisasi gereja rela mengupah rendah.
Tidak jarang keluar keluhan dari mulut para hamba Tuhan mengenai pemenuhan
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun apa daya, ya itulah pengorbanan, bagian
dari pelayanan.
Pengorbanan tersebut adalah tindakan yang mulia, tidak semua
orang dapat betah hidup pas-pasan hingga berkekurangan. Jarang ada orang yang
menyingkirkan egonya bagi kepentingan yang dianggap lebih tinggi, apapun itu.
Namun di satu sisi adapula orang yang menggantungkan
hidupnya melalui pelayanan justru berkelimpahan harta. Tanpa perlu lagi
memikirkan apa yang akan dimakan esok hari, tanpa memusingkan uang sekolah
anak, tanpa diganggu oleh kecemasan hidup di masa depan.
Yesus telah mengajarkan bahwa selain ego diri sendiri
terkadang ada nilai lain yang lebih utama. Yesus pernah memerintahkan orang
kaya untuk menjual seluruh harta miliknya dan diberikan kepada orang miskin. Yesus
memerintahkan muridNya untuk mengikutiNya kemudian hidup layaknya kelas bawah.
Yesus sendiri hidupnya dikorbankan melalui salib bagi nilai kerajaan Allah.
Kerelaan melalui pengorbanan adalah tuntutan bagi para
pengikut Yesus. Pengorbanan adalah wujud solidaritas bagi sesama yang
menderita. Allah bersolidaritas tidak hanya sekadar rasa namun ia mengosongkan
dirinya kemudian menjadi manusia. tidak hanya menjadi manusia, ia pula hidup
bersama orang-orang yang menderita secara spiritual dan sosial.
Yesus menentang penderitaan yang diakibatkan oleh dosa
individu maupun sosial. Penderitaan tidak hanya sebatas masalah spiritual namun
juga masalah hidup keseharian. Allah memperhatikan apa yang kita makan, minum
dan yang di kenakan.
Di dalam pelayananpun demikian, memang masalah kehidupan
bukan yang utama tetapi hal itu tidak serta merta diabaikan. Jika alasan
pelayanan kemudian organisasi mengabaikan kebutuhan hidup para pelayan justru akan
terjerumus dalam eksploitasi.
Eksploitasi merupakan suatu pengisapan usaha seseorang atau
kelompok bagi kepentingan orang atau kelompok lainnya. Atas nama pelayanan
istilah ini sepertinya tidak layak dikenakan, namun jika kesenjangan sosial
nyata di antara para pelayan, terutama satu organisasi, maka perlu
dipertanyakan. Semoga tidak ada.
0 komentar:
Posting Komentar