Kamis, 07 Juli 2016

Pelayanan

Dalam kekristenan, para pendeta, penginjil, guru Injil, dsb biasanya pekerjaannya disebut sebagai pelayanan. Disebut pelayanan karena mereka ditugaskan bukanlah sebagai tuan tetapi hamba. Allah adalah pemilik, sehingga sering juga disebut hamba Tuhan.

Status hamba yang tidak memiliki hak apapun bahkan atas nyawanya sendiri mengakibatkan pelayanan yang dikerjakan butuh pengorbanan. Pengorbanan waktu, tenaga bahkan dana tidak terabaikan.

Dalam sejarah menceritakan banyak pula orang-orang secara militan melakukan tugas pelayanan. Tugas pelayanan melalui penginjilan dan aksi sosial tidak jarang mengorbankan nyawa para pelayan.

Pengorbanan adalah nilai yang dijunjung tinggi sebagai dalam pelayanan. Atas dasar pelayananpun organisasi gereja rela mengupah rendah. Tidak jarang keluar keluhan dari mulut para hamba Tuhan mengenai pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun apa daya, ya itulah pengorbanan, bagian dari pelayanan.

Pengorbanan tersebut adalah tindakan yang mulia, tidak semua orang dapat betah hidup pas-pasan hingga berkekurangan. Jarang ada orang yang menyingkirkan egonya bagi kepentingan yang dianggap lebih tinggi, apapun itu.

Namun di satu sisi adapula orang yang menggantungkan hidupnya melalui pelayanan justru berkelimpahan harta. Tanpa perlu lagi memikirkan apa yang akan dimakan esok hari, tanpa memusingkan uang sekolah anak, tanpa diganggu oleh kecemasan hidup di masa depan.

Yesus telah mengajarkan bahwa selain ego diri sendiri terkadang ada nilai lain yang lebih utama. Yesus pernah memerintahkan orang kaya untuk menjual seluruh harta miliknya dan diberikan kepada orang miskin. Yesus memerintahkan muridNya untuk mengikutiNya kemudian hidup layaknya kelas bawah. Yesus sendiri hidupnya dikorbankan melalui salib bagi nilai kerajaan Allah.

Kerelaan melalui pengorbanan adalah tuntutan bagi para pengikut Yesus. Pengorbanan adalah wujud solidaritas bagi sesama yang menderita. Allah bersolidaritas tidak hanya sekadar rasa namun ia mengosongkan dirinya kemudian menjadi manusia. tidak hanya menjadi manusia, ia pula hidup bersama orang-orang yang menderita secara spiritual dan sosial.

Yesus menentang penderitaan yang diakibatkan oleh dosa individu maupun sosial. Penderitaan tidak hanya sebatas masalah spiritual namun juga masalah hidup keseharian. Allah memperhatikan apa yang kita makan, minum dan yang di kenakan.

Di dalam pelayananpun demikian, memang masalah kehidupan bukan yang utama tetapi hal itu tidak serta merta diabaikan. Jika alasan pelayanan kemudian organisasi mengabaikan kebutuhan hidup para pelayan justru akan terjerumus dalam eksploitasi.

Eksploitasi merupakan suatu pengisapan usaha seseorang atau kelompok bagi kepentingan orang atau kelompok lainnya. Atas nama pelayanan istilah ini sepertinya tidak layak dikenakan, namun jika kesenjangan sosial nyata di antara para pelayan, terutama satu organisasi, maka perlu dipertanyakan. Semoga tidak ada.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post Via Labels

Instagram Photo Gallery